4 Macam Majas Mendasar dan Pengertiannya
Balerumah.com – Majas atau gaya bahasa adalah penggunaan ragam kosa kata untuk mendapatkan sensasi tertentu yang membuat sesuatu semakin terkesan, atau justru sebaliknya. Majas ini biasanya digunakan dalam pembuatan karya fiksi seperti puisi, cerpen, dan novel.
Dalam pembutan karya fiksi, yang sangat dipentingkan itu adalah seni dan perasaan. Biasanya orang-orang menye butnya dengan “estetik”. Karena, karya fiksi juga merupakan salah satu hiburan, maka dalam pembuatan bahasanya pun mesti menyentuh perasaan pembaca. Berbeda dengan gaya penulisan non-fiksi seperti essai yang tidak terlalu menggunakan gaya bahasa. Tapi, isinyalah yang paling penting.
Ada berapa macam majas itu?
Secara garis besar, majas terbagi menjadi 4:
1. Majas perbandingan
Terdapat 15 majas perbandingan, anda bisa membaca 15-nya itu di sini. Dalam majas ini, penggunannya adalah untuk membandingkan suatu dengan sesuatu lainnya. Sebagai bentuk perumpamaan, penghidupan peran suatu benda mati, atau bahkan membandingkan diri sendiri dengan benda-benda tersebut. Majas ini adalah salah satu maja yang paling banyak digunakan.
2. Majas penegasan
Majas penegasan juga memiliki 15 macam gaya. Dalam majas ini bertujuan untuk memberikan suatu efek yang mengesankan. Penegasan ini juga seringkali digunakan untuk membuat kesan marah pada sebuah karya. Menggunakan kata yang dilebih-lebihkan, kata yang berulang-ilang dan bahkan pertanyaan yang tidak butuh jawaban. Anda bisa membaca mejas penegasan di sini.
3. Majas pertentangan
Seringkali kita melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya. Hal ini dapat dikatakan bertentangan secara indera. Adapula jenis pertentangan yang lain, seperti bicara yang tidak sesuai kenyataan, pernggunan kata yang berlawanan, atau bahkan pemalsuan sejarah. Dari majas ini, anda bisa lihat di sini.
4. Majas sindiran
Sindiran mempunyai beberapa tingkatan, tingkat paling keras adalah sarkas. Yaitu sindiran sumpah serapah dan bahkan dalam penggunannya, mengatakan kata-kata jorok sekaligus. Setelah itu, ada pula sinisme, satire dan ironi. Tingkat terendah adalah ironi. Dalam penulisannya, ironi mengatakan sesuatu yang berbalikan. Seperti, “sepatumu bagus juga” (padahal jelek). Untuk pembahasan selanjurnya anda bisa baca di sini.
Via: Pixabay
Mengapa karya fiksi?Dalam pembutan karya fiksi, yang sangat dipentingkan itu adalah seni dan perasaan. Biasanya orang-orang menye butnya dengan “estetik”. Karena, karya fiksi juga merupakan salah satu hiburan, maka dalam pembuatan bahasanya pun mesti menyentuh perasaan pembaca. Berbeda dengan gaya penulisan non-fiksi seperti essai yang tidak terlalu menggunakan gaya bahasa. Tapi, isinyalah yang paling penting.
Ada berapa macam majas itu?
Secara garis besar, majas terbagi menjadi 4:
1. Majas perbandingan
Terdapat 15 majas perbandingan, anda bisa membaca 15-nya itu di sini. Dalam majas ini, penggunannya adalah untuk membandingkan suatu dengan sesuatu lainnya. Sebagai bentuk perumpamaan, penghidupan peran suatu benda mati, atau bahkan membandingkan diri sendiri dengan benda-benda tersebut. Majas ini adalah salah satu maja yang paling banyak digunakan.
2. Majas penegasan
Majas penegasan juga memiliki 15 macam gaya. Dalam majas ini bertujuan untuk memberikan suatu efek yang mengesankan. Penegasan ini juga seringkali digunakan untuk membuat kesan marah pada sebuah karya. Menggunakan kata yang dilebih-lebihkan, kata yang berulang-ilang dan bahkan pertanyaan yang tidak butuh jawaban. Anda bisa membaca mejas penegasan di sini.
3. Majas pertentangan
Seringkali kita melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya. Hal ini dapat dikatakan bertentangan secara indera. Adapula jenis pertentangan yang lain, seperti bicara yang tidak sesuai kenyataan, pernggunan kata yang berlawanan, atau bahkan pemalsuan sejarah. Dari majas ini, anda bisa lihat di sini.
4. Majas sindiran
Sindiran mempunyai beberapa tingkatan, tingkat paling keras adalah sarkas. Yaitu sindiran sumpah serapah dan bahkan dalam penggunannya, mengatakan kata-kata jorok sekaligus. Setelah itu, ada pula sinisme, satire dan ironi. Tingkat terendah adalah ironi. Dalam penulisannya, ironi mengatakan sesuatu yang berbalikan. Seperti, “sepatumu bagus juga” (padahal jelek). Untuk pembahasan selanjurnya anda bisa baca di sini.