15 Gaya Bahasa Penegasan untuk Membuat Karya Tulis Fiksi
Balerumah.com – Gaya Bahasa penegasan digunakan untuk mempertegas suatu keadaan dan perasaan dalam karyanya, baik berupa puisi, cerpen, drama dan lain-lainnya. Terdapat 15 gaya bahasa penegasan, di antaranya mungkin pernah atau sering kita dengar dalam kehidupan sehari.
Via: Pixabay
1. Pleonasme
Suatu cara memperjelas maksud dengan menggunakan kata berlebihan. Biasanya dengan memberi keterangan di belakang kata atau bagian kalimat yang diperjelas maksud tersebut.
Contoh:
Benar, kejadian itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri
2. Repetisi
Suatu cara untuk memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang maksudnya hendak diperkuat.
Contoh:
Ikuti aku dan jangan sekali-kali berpisah,ingat, jangan berpisah
3. Pararelisme
Jika kalimat dalam bahasa prosa pengulangan kata untuk penegasan dinamakan repetisi, maka dalam puisi dinnamakan pararelisme. Bila kata yang diulang terdapat pada awal kalimat disebut anaphora dan jika pada akhir kalimat disebut efipora.
Contoh:
Dalam puisi Rendra – Sajak Sebatang Lisong
Mereka akan memakan gedung dan jembatan. Took-toko, pasar-pasar, sekolah-sekolah, masjid-masjid, gereja-gereja, semuanya akan hancur.
12. Polisideton
Jika asidenton tanpa menggunakan kata penghubung, maka polisideton menggunakan banyak kata penghubung.
Contoh:
Masih dalam puisinya Rendra
15. Preterito
Dalam gaya bahsa ini, pengarang seolah membuat rahasia agar pembaca sendiri yang mengungkapkan makna kata yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Contoh:
Aku tak akan memberi tahumu, mengapa bunga hari itu tak mekar sama sekali
Suatu cara memperjelas maksud dengan menggunakan kata berlebihan. Biasanya dengan memberi keterangan di belakang kata atau bagian kalimat yang diperjelas maksud tersebut.
Contoh:
Benar, kejadian itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri
2. Repetisi
Suatu cara untuk memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang maksudnya hendak diperkuat.
Contoh:
Ikuti aku dan jangan sekali-kali berpisah,ingat, jangan berpisah
3. Pararelisme
Jika kalimat dalam bahasa prosa pengulangan kata untuk penegasan dinamakan repetisi, maka dalam puisi dinnamakan pararelisme. Bila kata yang diulang terdapat pada awal kalimat disebut anaphora dan jika pada akhir kalimat disebut efipora.
Contoh:
Dalam puisi Rendra – Sajak Sebatang Lisong
Delapan juta kanak-kanak
Menghadapi satu jalan panjang
Tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya
4. Tautologi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kali suatu kata dalam kalimat. Dapat juga dengan menggunakan beberapa sinonim berturut dalam kalimat. Namun yang sinonim ini disebut dengan gaya bahasa sinonimi.
Contoh:
Namun, aku hanya bisa bersabar, bersabar dan bersabar
Kehendak, keinginan dan kemauan tergantung pada dirimu sendiri
5. Klimaks
Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepantingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh:
Aku bukan sendiri, berdua, ataupun bertiga. Aku telah menyatu dalam dirimu
6. Antiklimaks
Gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting hingga ke gagasan yang kurang penting.
Contoh:
Para ayah, ibu, dan anak, semua berkumpul dalam satu ruang
7. Inversi
Gaya bahasa inversi dipergunakan bila predikat kalimat hendak lebih dipentingkan daripada subjeknya, lalu ditempatkan di depan subjek.
Contoh:
Besar sekali gajinya
Tak terkabul permintaannya
8. Elipis
Kalimat elipis ialah kalimat yang subjeknya atau predikatnya tak lagi disebutkan, karena dianggap sudah diketahui.
Contoh:
“Pulanglah”
Kalimat tersebut lebih mendapat tekanan daripada bila kalimat itu bersubjek “pergilah kamu”
9. Retoris
Gaya bahasa ini menggunakan kalimat Tanya yang tidak membutuhkan jawaban. Biasanya kalinat ini digunakan untuk mengejek bahkan menyindir.
Contoh:
Apa gunanya hidup jika tak saling mengasihi?
10. Koreksio
Gaya bahasa ini dipakai untuk membenarkan kalimat yang dikatakan sebelumnya, baik disengaja atau tidak sengaja.
Contoh:
Jangan takut, ada aku di sini. Eh, maksudnya kamu gak sendirian.
11. Asindeton
Di sini, beberapa hal, seperti keadaan benda atau hal lain disebutkan dalam urutan tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
Dalam puisi Rendra – Kesaksian Tentang Mastodon-Mastodon
Menghadapi satu jalan panjang
Tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya
4. Tautologi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kali suatu kata dalam kalimat. Dapat juga dengan menggunakan beberapa sinonim berturut dalam kalimat. Namun yang sinonim ini disebut dengan gaya bahasa sinonimi.
Contoh:
Namun, aku hanya bisa bersabar, bersabar dan bersabar
Kehendak, keinginan dan kemauan tergantung pada dirimu sendiri
5. Klimaks
Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepantingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh:
Aku bukan sendiri, berdua, ataupun bertiga. Aku telah menyatu dalam dirimu
6. Antiklimaks
Gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting hingga ke gagasan yang kurang penting.
Contoh:
Para ayah, ibu, dan anak, semua berkumpul dalam satu ruang
7. Inversi
Gaya bahasa inversi dipergunakan bila predikat kalimat hendak lebih dipentingkan daripada subjeknya, lalu ditempatkan di depan subjek.
Contoh:
Besar sekali gajinya
Tak terkabul permintaannya
8. Elipis
Kalimat elipis ialah kalimat yang subjeknya atau predikatnya tak lagi disebutkan, karena dianggap sudah diketahui.
Contoh:
“Pulanglah”
Kalimat tersebut lebih mendapat tekanan daripada bila kalimat itu bersubjek “pergilah kamu”
9. Retoris
Gaya bahasa ini menggunakan kalimat Tanya yang tidak membutuhkan jawaban. Biasanya kalinat ini digunakan untuk mengejek bahkan menyindir.
Contoh:
Apa gunanya hidup jika tak saling mengasihi?
10. Koreksio
Gaya bahasa ini dipakai untuk membenarkan kalimat yang dikatakan sebelumnya, baik disengaja atau tidak sengaja.
Contoh:
Jangan takut, ada aku di sini. Eh, maksudnya kamu gak sendirian.
11. Asindeton
Di sini, beberapa hal, seperti keadaan benda atau hal lain disebutkan dalam urutan tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
Dalam puisi Rendra – Kesaksian Tentang Mastodon-Mastodon
Mereka akan memakan gedung dan jembatan. Took-toko, pasar-pasar, sekolah-sekolah, masjid-masjid, gereja-gereja, semuanya akan hancur.
12. Polisideton
Jika asidenton tanpa menggunakan kata penghubung, maka polisideton menggunakan banyak kata penghubung.
Contoh:
Masih dalam puisinya Rendra
Mastodon yang masuk ke laut dan menghabiskan semua ikan.
Mastodon yang melahap semua semen dan kayu lapis.
Melahap tiang-tiang listrik dan film-film impor.
13. Eksklamasio
Gaya bahasa yang menggunakan kata seru untuk penegas.
Contoh:
Dalam puisi Rendra – Sajak Bulan Mei 1998
Mastodon yang melahap semua semen dan kayu lapis.
Melahap tiang-tiang listrik dan film-film impor.
13. Eksklamasio
Gaya bahasa yang menggunakan kata seru untuk penegas.
Contoh:
Dalam puisi Rendra – Sajak Bulan Mei 1998
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
14. Enumerasio
Yaitu beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan dilukiskan satu persatu supaya tampak jelas.
Contoh:
O, malam kelam pikiran insan!
14. Enumerasio
Yaitu beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan dilukiskan satu persatu supaya tampak jelas.
Contoh:
Sebuah surat terjatuh di tepi jalan, dengan warna putih berbecak daki jalanan. Surat itu pun ditemukan oleh pria muda. Dibacanya surat itu sesambil duduk di trotoar jalan. Pria itu pun bersedih, lalu menyimpan surat itu dalam sakunya.
15. Preterito
Dalam gaya bahsa ini, pengarang seolah membuat rahasia agar pembaca sendiri yang mengungkapkan makna kata yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Contoh:
Aku tak akan memberi tahumu, mengapa bunga hari itu tak mekar sama sekali
Baca juga: