Mengenal 15 Macam Majas Perbandingan
Balerumah.com – Majas atau gaya bahasa perbandingan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kita mungkin tidak menyadari hal tersebut. Nah, maka dari itu, di sini Bale Rumah akan memberikan 15 macam majas perbandingan. Majas-majas itu bisa kalian gunakan untuk membuat karya tulis.
Via: Pixabay
1. Metafora
Gaya bahasa metafora ini menggunakan perbandingan suatu "benda" dengan "benda yang lain".
Contoh:
- "Ayah" adalah "tulang punggung keluarga"
- Kepalaku jatuh ketika mendengar suaramu
2. Personifikasi
Gaya bahasa ini biasa disebut "perorangan". Artinya, menggunakan kata benda yang seolah-olah hidup seperti manusia.
Contoh:
- Awan menangis
- Pohon mandi
Baca juga: Perbedaan Puisi dan Prosa
3. Asosiasi
Majas asosiasi ini membandingkan antara "sesuatu" dengan "suatu benda yang disebutkan."
Contoh:
- Wajahnya indah bagai purnama
- Hatinya bersih bagai air suci
4. Alegori
Gaya bahasa ini membandingkan antara sesuatu dengan yang lain secara utuh.
Contoh:
- Kisah Yusuf Zulaikha Karya Abdurrahman Jami'
5. Simbolik
Yaitu gaya bahasa perumpamaan yang menggambarkan "suatu keadaan" dengan menggunakan "benda sebagai simbolnya."
Contoh:
- "Matahari" = merupakan simbol penerangan
- "Parasit" = simbol dari orang yang menyusahkan
6. Eponim
Yaitu gaya bahasa yang mengumpamakan sesuatu dengan mengambil sifat yang dimiliki oleh seseorang yang terkenal.
Contoh:
- Akhirnya, Nike Ardilaku datang juga
- Kau terlalu Lucinta Luna untuk aku cintai
Baca juga: Cara Membuat Puisi yang Indah Sesuai dengan Teor
7. Hiperbola
Gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan.
Contoh:
- Bukalah matamu selebar dunia ini
- Aku mati tanpamu
8. Eufimisme
Gaya bahasa yang halus, yaitu dengan cara mengaitkan perasaan dan pikiran dengan menggunakan bahasa halus agar tidak menyinggung orang lain.
Contoh:
- Ilmu lebih penting ketimbang saku
* Maksud contoh di atas menegur orang-orang yang malas belajar.
9. Alusio
Gaya bahasa yang mengungkapkan pernyataan secara kias, namun hanya sebagian saja karena masyarakat dianggap sudah tahu maknanya. Dengan kata lain, sudah sering di dengar.
Contoh:
- Setinggi apa pun ilmu, kau harus tetap menjadi padi.
* Semakin berisi, padi semakin merunduk. Begitu yang sering kita dengar. Sehingga penggunaan kata "padi" diharapkan semua orang bisa memahami.
10. Antonomasia
Gaya bahasa yang menggunakan ciri fisik sebagai panggilan.
Contoh:
- Gendut
- Peyang
- Tompel
- Kurus
- Kribo
Baca juga: Cara Membaca Puisi yang Indah Didengar
11. Perifrasis
Gaya bahasa yang menggunakan penguraian. Yaitu satu kata diganti dengan kalimat yang mengandung arti sama.
Contoh:
- Pagi = Fajar berdenyar di timur
- Sore = Senja menjaga di hadapan kita
12. Tropen
Yaitu gaya bahasa yang memakai kata-kata yang tepat dan selaras artinya dengan maksud yang tepat. Dengan kata lain, penggunaan sinomin.
Contoh:
- Esok, saya akan terbang ke luar pulau
* Kata "terbang" yang digunakan menunjukkan naik pesawat.
13. Metonimia
Yaitu gaya bahasa yang memakai nama merek dagang suatu produk yang terkenal dengan kelebihannya.
Contoh:
- Kau telah menjadi sangobion bagi tubuhku.
* Sangobion di sini adalah penambah darah, dengan demikian, si aku lirik menjadi semangat dalam mengerjakan sesuatu.
14. Litotes
Gaya bahasa yang dipakai dengan maksud merendahkan diri.
- Aku hanya ruh, yang tinggal dalam sebuah raga.
* "Hanya ruh" menggambarkan diri tidak ada apa-apanya.
15. Sinekdoke
Gaya bahasa sinekdoke terbagi menjadi 2, yang pertaa yaitu mengemukakan sesuatu kejadian/peristiwa dengan menyebutkan secara gamblang(Pars pro toto) , atau justru sebaliknya; mengatakan keseluruhan dengan maksud menyampaikan intinya saja(Totem pro parte).
Contoh:
a. Pars pro toto
- Aku ingin memberi tahu kepadamu, bahwa hari ini para guru akan pulang pada pukul 16:00. Aku ingin menemui salah satu guru pada pukul 15:00, apakah kamu ikut?
b. Totem pro parte
- Pertandingan dimenangkan oleh Barcelonam
* Di sini hanya ada kalimat inti, tanpa mengisahkan kejadiannya.
Baca juga: