9 Cara Mengatasi Anak Nakal dengan Bijak Tanpa Memarahi
Balerumah.com – Anak nakal memang sulit sekali untuk diberikan pengarahan. Namun , sebagai orangtua, anda mesti sabar mengatasinya. Karena anaklah yang kelak akan menjadi penerus orangtuanya. Dan anaklah yang kelak akan merawat orangtuanya ketika orangtua sudah tak mampu lagi bekerja.
Oleh karena itu, saya telah merangkumnya di sini untuk anda baca. Tidak perlu anda terapkan, yang penting anda tahu, dan suatu saat pasti akan melakukannya tanpa membaca ini lagi.
1. Bersikap lembut
Tetaplah bersikap lembut walaupun anak bandel. Tapi, bukan berarti orangtua diam saja ketika anaknya membentak dan berkata kasar. Justru, inilah yang perlu diberikan penegasan. Karena, apa yang dilakukan anak sejak kecil akan terbiasa sampai dewasa. Ini sangat dikhawatirkan untuk hal-hal yang buruk.
Bersikap lembut di sini yang dimaksud adalah, memberikan segala sesuatu kepada anak dengan tulus dan kasih sayang. Misalnya, orangtua memberi peringatan kepada anak untuk ibadah, maka ucapkan perintah itu dengan lembut. Agar anak pun tidak merasa tertekan ketika disuruh.
Baca juga: Cara Agar Siswa Gemar Membaca Hanya dengan 6 Langkah
2. Berikan pujian
Nah, setelah bersikap lembut, berikan pujian kepada anak ketika ia telah melakukan suatu hal yang baik. Misalnya ketika anak selesai ibadah, orangtua patut memberikan pujian kepada anak. Misalnya ucapan seperti ini: “Wah, anak mamah rajin ibadah ya, keren…” atau “uugh, kalau abis ibadah anak mamah makin ganteng deh.”
Reaksi anak ketika mendapat pujian seperti itu ada dua. Senang, atau justru sebaliknya. Senang karena mendapat pujian, tidak senang karena merasa orangtua terlalu lebay. Maka dari itu, berikan pujian pada anak sepatutnya saja.
Sebaik-baiknya contoh adalah orangtua. Maka, bersikaplah yang baik di depan anak jika orangtua tidak ingin anak mengikuti ulahnya. Terkadang, banyak anak kecil yang berperilaku seperti orang dewasa. Hal ini bisa juga disebabkan karena orangtua tidak mengontrol perilakunya saat di depan anak.
Sehingga apa yang dilakukan orangtua membekas dalam ingatannya dan membuat anak penasaran ingin melakukannya. Contoh sederhananya adalah merokok. Merokok untuk orangtua kita sudah tidak asing lagi. Tapi, jika anak sekolah dasar merokok karena orangtuanya pernah bilang bahwa rokok itu enak, maka itu adalah kesalahan orangtuanya karena mengatakan demikian, yang membuat anak jadi penasaran seperti apa sih enaknya itu.
Baca juga: Atasi Kecanduan Bermain Game Gadged Pada Pelajar Hanya dalam Waktu Seminggu
4. Jangan bandingkan
Jika orangtua tidak suka dibandingkan, begitu pun dengan anak. Karena manusia sama-sama memiliki perasaan yang sama. Hanya saja terkadang umur dijadikan patokan orang-orang untuk membuat dirinya lebih tinggi.
Maka dari itu jangan bandingkan anak dengan anak lainnya. Itu justru membuat anak tidak mampu menemuka bakat alaminya sendiri. Karena ia selalu berpatokan dengan anak yang lain.
Aturan bukan dibuat untuk mengekang. Tapi untuk membatasi aktivitas anak, misalnya dalam bermain. Sebab ketika bermain, anak bahkan sampai tidak ingat waktu. Nah, di situlah orangtua perlu membatasainya. Seperti misalnya membatasi waku bermain dengan cara, “sebelum maghrib, harus sudah di rumah.”
Apakah anda juga pernah merasakannya? Ya, seperti itulah. Anda juga bisa membuat peraturan yang lain. Seperti misalnya, anak harus mandi dan makan terlebih dahulu, setelah itu baru boleh bermain. Dengan begitu, anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang orangtua terapkan.
Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi Covid-19 dengan Cara Ini!
6. Ajarkan meminta maaf
Jangan salah, kalimat “maaf” merupakan kalimat yang sangat jarang diucapkan seorang anak. Mungkin, ini juga faktor dari lingkungan rumah yang tidak pernah mengajarinya. Beda lagi dengan ucapan “terimakasih” yang justru lebih sering diucapkan anak ketika mendapat sesuatu dari orang lain.
Oleh sebab itu, ajarilah anak untuk meminta maaf, terutama kepada orangtua. Agar senantiasa anak berani bertanggungjawab terhadap apa pun yang ia lakukan. Sehingga kesadaran muncul dari diriya dan membuatnya selalu berpikir atas tindakan yang dilakukan.
Sebagai orangtua, luangkanlah waktu untuk bercerita kepada anak. Seperti misalnya seorang ayah yang menceritakan masa mudanya kepada anak. Anak tentu akan mendengarkan karena itu cerita orangtuanya.
Dengan bercerita tersebut, akan membuat hubungan semakin akrab dan harmonis. Sehingga anak pun enggan untuk berbuat nakal.
8. Perhatikan penyebab nakal
Ada akibat, pasti ada sebab. Perhatikanlah tingkah anak, mengapa bisa terjadi seperti itu? Pertama yang harus dilihat yaitu dari segi pendidikan yang diberikan orangtuanya. Maksudnya adalah bagaimana orangtua mendidik anak, bagaimana cara menyikapinya, bagaimana cara penangangannya, perhatiannya.
Sebab tidak jauh dari itu semua. Orangtua mesti koreksi diri apakah terlalu membebaskan anaknya bermain sehingga bergaul dengan orang-orang yang tidak diketahui. Atau malah orangtua sendiri yang terlalu seing memarahinya, sehingga anak menjadi kebal terhadap omelan.
Baca juga: Tips Menjaga Mental Remaja Saat Terjadi Wabah Mematikan
9. Nasehati dengan baik
Kalau orangtua sudah menemukan penyebabnya, nasehatilah dengan baik. Jangan sampai menggunakan bahasa yang kasar. Karena nasehat itu pasti tidak akan didengar. Anak cenderung membiarkan orangtua berkata apa dibandingkan jika didengar justru malah makin beban dan tidak menyelesaikan masalah.
Maka dari itu, nasehati anak dengan baik dan penuh kasih sayang. Saya tidak tahu kalimat apa yang patut untuk menasehati anak dengan baik. Karena setiap orangtua pasti punya caranya yang berbeda, yang pasti lakukanlah yang terbaik.
Demikian ulasan dari Bale Rumah, semoga apa yang anda cari dapat ditemukan di sini.
Via: pixabay
Banyak cara untuk membuat anak tidak nakal. Tapi, kebanyakan dari cara tersebut justru malah membuat anak semakin nakal. Apalagi dengan perlakuan yang keras, anak pun juga akan semakin keras mentalnya menghadapi kekerasan-kekerasan tersebut.Oleh karena itu, saya telah merangkumnya di sini untuk anda baca. Tidak perlu anda terapkan, yang penting anda tahu, dan suatu saat pasti akan melakukannya tanpa membaca ini lagi.
1. Bersikap lembut
Tetaplah bersikap lembut walaupun anak bandel. Tapi, bukan berarti orangtua diam saja ketika anaknya membentak dan berkata kasar. Justru, inilah yang perlu diberikan penegasan. Karena, apa yang dilakukan anak sejak kecil akan terbiasa sampai dewasa. Ini sangat dikhawatirkan untuk hal-hal yang buruk.
Bersikap lembut di sini yang dimaksud adalah, memberikan segala sesuatu kepada anak dengan tulus dan kasih sayang. Misalnya, orangtua memberi peringatan kepada anak untuk ibadah, maka ucapkan perintah itu dengan lembut. Agar anak pun tidak merasa tertekan ketika disuruh.
Baca juga: Cara Agar Siswa Gemar Membaca Hanya dengan 6 Langkah
2. Berikan pujian
Nah, setelah bersikap lembut, berikan pujian kepada anak ketika ia telah melakukan suatu hal yang baik. Misalnya ketika anak selesai ibadah, orangtua patut memberikan pujian kepada anak. Misalnya ucapan seperti ini: “Wah, anak mamah rajin ibadah ya, keren…” atau “uugh, kalau abis ibadah anak mamah makin ganteng deh.”
Reaksi anak ketika mendapat pujian seperti itu ada dua. Senang, atau justru sebaliknya. Senang karena mendapat pujian, tidak senang karena merasa orangtua terlalu lebay. Maka dari itu, berikan pujian pada anak sepatutnya saja.
Via: Pixabay
3. Jadilah contohSebaik-baiknya contoh adalah orangtua. Maka, bersikaplah yang baik di depan anak jika orangtua tidak ingin anak mengikuti ulahnya. Terkadang, banyak anak kecil yang berperilaku seperti orang dewasa. Hal ini bisa juga disebabkan karena orangtua tidak mengontrol perilakunya saat di depan anak.
Sehingga apa yang dilakukan orangtua membekas dalam ingatannya dan membuat anak penasaran ingin melakukannya. Contoh sederhananya adalah merokok. Merokok untuk orangtua kita sudah tidak asing lagi. Tapi, jika anak sekolah dasar merokok karena orangtuanya pernah bilang bahwa rokok itu enak, maka itu adalah kesalahan orangtuanya karena mengatakan demikian, yang membuat anak jadi penasaran seperti apa sih enaknya itu.
Baca juga: Atasi Kecanduan Bermain Game Gadged Pada Pelajar Hanya dalam Waktu Seminggu
4. Jangan bandingkan
Jika orangtua tidak suka dibandingkan, begitu pun dengan anak. Karena manusia sama-sama memiliki perasaan yang sama. Hanya saja terkadang umur dijadikan patokan orang-orang untuk membuat dirinya lebih tinggi.
Maka dari itu jangan bandingkan anak dengan anak lainnya. Itu justru membuat anak tidak mampu menemuka bakat alaminya sendiri. Karena ia selalu berpatokan dengan anak yang lain.
Via: Pixabay
5. Buatkan aturanAturan bukan dibuat untuk mengekang. Tapi untuk membatasi aktivitas anak, misalnya dalam bermain. Sebab ketika bermain, anak bahkan sampai tidak ingat waktu. Nah, di situlah orangtua perlu membatasainya. Seperti misalnya membatasi waku bermain dengan cara, “sebelum maghrib, harus sudah di rumah.”
Apakah anda juga pernah merasakannya? Ya, seperti itulah. Anda juga bisa membuat peraturan yang lain. Seperti misalnya, anak harus mandi dan makan terlebih dahulu, setelah itu baru boleh bermain. Dengan begitu, anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang orangtua terapkan.
Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi Covid-19 dengan Cara Ini!
6. Ajarkan meminta maaf
Jangan salah, kalimat “maaf” merupakan kalimat yang sangat jarang diucapkan seorang anak. Mungkin, ini juga faktor dari lingkungan rumah yang tidak pernah mengajarinya. Beda lagi dengan ucapan “terimakasih” yang justru lebih sering diucapkan anak ketika mendapat sesuatu dari orang lain.
Oleh sebab itu, ajarilah anak untuk meminta maaf, terutama kepada orangtua. Agar senantiasa anak berani bertanggungjawab terhadap apa pun yang ia lakukan. Sehingga kesadaran muncul dari diriya dan membuatnya selalu berpikir atas tindakan yang dilakukan.
Via: Pixabay
7. Luangkan banyak waktu untuk berceritaSebagai orangtua, luangkanlah waktu untuk bercerita kepada anak. Seperti misalnya seorang ayah yang menceritakan masa mudanya kepada anak. Anak tentu akan mendengarkan karena itu cerita orangtuanya.
Dengan bercerita tersebut, akan membuat hubungan semakin akrab dan harmonis. Sehingga anak pun enggan untuk berbuat nakal.
8. Perhatikan penyebab nakal
Ada akibat, pasti ada sebab. Perhatikanlah tingkah anak, mengapa bisa terjadi seperti itu? Pertama yang harus dilihat yaitu dari segi pendidikan yang diberikan orangtuanya. Maksudnya adalah bagaimana orangtua mendidik anak, bagaimana cara menyikapinya, bagaimana cara penangangannya, perhatiannya.
Sebab tidak jauh dari itu semua. Orangtua mesti koreksi diri apakah terlalu membebaskan anaknya bermain sehingga bergaul dengan orang-orang yang tidak diketahui. Atau malah orangtua sendiri yang terlalu seing memarahinya, sehingga anak menjadi kebal terhadap omelan.
Baca juga: Tips Menjaga Mental Remaja Saat Terjadi Wabah Mematikan
9. Nasehati dengan baik
Kalau orangtua sudah menemukan penyebabnya, nasehatilah dengan baik. Jangan sampai menggunakan bahasa yang kasar. Karena nasehat itu pasti tidak akan didengar. Anak cenderung membiarkan orangtua berkata apa dibandingkan jika didengar justru malah makin beban dan tidak menyelesaikan masalah.
Maka dari itu, nasehati anak dengan baik dan penuh kasih sayang. Saya tidak tahu kalimat apa yang patut untuk menasehati anak dengan baik. Karena setiap orangtua pasti punya caranya yang berbeda, yang pasti lakukanlah yang terbaik.
Demikian ulasan dari Bale Rumah, semoga apa yang anda cari dapat ditemukan di sini.